ALASAN IDEOLOGIS MENGENAI PENGAHARAMAN
RIBA
Menurut pandangan Islam
memakan riba dosanya adalah selevel dengan berzina dengan ibu kandung,”Riba ada
tujuh puluh tiga tingkatan yang paling ringan adalah seperti seseorang yang
menzinai ibunya”HR Al Hakim.
1. Dalil-Dalil Tentang Riba
Diharamkannya riba berdasarkan Kitabullah dan
Sunnah Rasul serta ijma’ para ulama. Bahkan bisa dikatakan
keharamannya.
Dalil-dalil yang Mengharamkan Riba dari Al qur’an, Assunah dan Ijma’ ulama’
1. Dalam surat Ar-Ruum Allah ta’ala berfirman:
وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلا يَرْبُو
عِنْدَ اللَّهِ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُون
“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada
harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka
(yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
(QS. Ar-Ruum: 39)
Ayat tersebut tidak mengandung ketetapan hukum pasti tentang haramnya riba.
Karena kala riba memang belum diharamkan. Riba baru diharamkan di masa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota Al-Madinah. Hanya saja ini mempersiapkan
jiwa kaum muslimin agar mampu menerima hukum haramnya riba yang terlanjur
membudaya kala itu.
2. Dalam surat An-Nisaa, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ
أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا – وَأَخْذِهِمُ
الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ
وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan karena
mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka
memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan
karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.” (QS. An-Nisaa’: 160-161)
Ayat di atas menjelaskan diharamkannya riba terhadap orang-orang Yahudi.
Ini merupakan pendahuluan yang amat gamblang, untuk kemudian baru diharamkan
terhadap kalangan kaum muslimin. Ayat tersebut turun di kota Al-Madinah sebelum
orang-orang Yahudi menjelaskannya.
3. Dalam surat Ali Imran Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا
مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
(QS. Ali Imraan: 130)
Ayat di atas mejelaskan bahwa riba diharamkan karena dikaitkan dengan suatu
tambahan yang berlipat ganda. para ahli tafsir berpendapat behwa pengambilan
bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak di
praktekan pada masa tersebut tapi bukan menjadi persyaratan diharamkanya riba
4. Baru kemudian turun beberapa ayat pada akhir surat Al-Baqarah, yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ
الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (٢٧٨)فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا
بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ
أَمْوَالِكُمْ لا تَظْلِمُونَ وَلا تُظْلَمُونَ (٢٧٩)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang - orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
ketahuilah,bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 275-279)
Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat tentang riba yang terakhir diturunkan dalam
Al-Qur’an Al-Karim. (DR.Setiawan Budi Utomo, fiqih aktual.hal: 78-79. GEMA
INSANI PRESS)
2. Dalil-dalil
yang Mengharamkan Riba dari As-Sunnah
1. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah bahwa
Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ
قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي
يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
“Hindarilah tujuh hal yang membinasakan.” Ada yang bertanya: “Apakah tujuh
hal itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah, sihir,
membunuh jiwa dengan cara yang haram, memakan riba, memakan harta anak yatim,
kabur dari medan perang, menuduh berzina wanita suci yang sudah menikah karena
kelengahan mereka. “
Hadist dia atas menerangkan memakan riba secara umum (Ahmad Azhar Basyir
M.A.hukum islam tentang riba utang piutang gadai,hal: 16. PT ALMA’ARIF,BANDUNG)
2. Diriwayatkan oleh imam Muslim dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
‘anhu:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا
وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ
“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba,
juru tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja.”(HR.Bukhari
fathul bari/V:4/H:394/bab:24)
Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dari Samurah bin Jundub radhiyallahu
‘anhu bahwa ia menceritakan: Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخْرَجَانِي إِلَى أَرْضٍ
مُقَدَّسَةٍ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ
قَائِمٌ وَعَلَى وَسَطِ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ فَأَقْبَلَ
الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى
الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ
لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ فَقُلْتُ مَا هَذَا
فَقَالَ الَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُ الرِّبَا
“Tadi malam aku melihat dua orang lelaki, lalu keduanya mengajakku pergi ke
sebuah tanah yang disucikan. Kamipun berangkat sehingga sampai ke satu sungai
yang berair darah. Di situ terdapat seorang lelaki sedang berdiri. Di tengah
sungai terdapat seorang lelaki lain yang menaruh batu di hadapannya. Ia
menghadap ke arah lelaki yang ada di sungai. Kalau lelaki di sungai itu mau
keluar, ia melemparnya dengan batu sehingga terpaksa lelaki itu kembali ke
dalam sungai (dalam kedaan) berdarah. Demikianlah seterusnya setiap kali lelaki
itu hendak keluar, lelaki yang di pinggir sungai melempar batu ke mulutnya
sehingga ia terpaksa kembali lagi seperti semula. Aku bertanya: “Apa ini?”
Salah seorang lelaki yang bersamaku menjawab: “Yang engkau lihat dalam sungai
darah itu adalah pemakan riba.” Bukhari/fathul bari/V:4/H:393/2085.
Ijma’ yang Mengharamkan Riba
Kaum muslimin seluruhnya telah bersepakat bahwa asal dari riba adalah
diharamkan, terutama sekali riba pinjaman atau hutang. Bahkan mereka telah
bersepakat dalam hal itu pada setiap masa dan tempat. Para ulama Ahli Fikih
seluruh madzhab telah menukil ijma’ tersebut. Memang ada perbedaan pendapat
tentang sebagian bentuk masalahnya, apakah termasuk riba atau tidak dari segi
praktisnya, namun tidak bertentangan dengan asal ijma’ yang telah diputuskan
dalam persoalan itu.
Ijma’ akan pengharamannya dinukilkan dari An Nawawi dalam Al Majmu’ Syarhul
Muhadzab 9/391, dan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al fatawa 29/419.
Pengharaman Riba tidak terbatas hanya pada syari’at islam bahkan juga ada
dalam syari’at agama sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar